"Demi Allah, Wallahi saya bersedia, tidak punya agenda politik sama sekali di dalam pengadaan acara ini (reuni 212)"
Sumpah ini diucapkan Yusuf Muhammad Martak. Ia Ketua GNPF Ulama. Juga koordinator acara Reuni 212 di Monas.
Sumpah itu diucapkan Martak, saat jadi pembicara dalam sebuah diskusi di Kebon Sirih. Merespon tantangan dari Razman Nasution, salah anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi- Makruf Amin yang juga hadir dalam diskusi itu.
Sumpah tinggal sumpah. Nyatanya. Acara Reuni di Monas bukan hanya agenda keagamaan apalagi kebangsaan. Tapi sudah jadi ajang kampanye.
Lihat saja, pidato Ketua FPI, Habib Rizieq lewat rekaman video itu. Meski tidak gamblang nyebut nama. Namun jelas maksudnya mengarahkan agar mendukung calon tertentu.
"Dukung calon pilihan ijtimak ulama. Tenggelamkan, calon yang didukung partai yang mendukung penista agama," teriak Rizieq.
Kita sudah pada tahu. Ijtimak ulama versi Rizieq itu mendukung Prabowo Subianto. Dan kita tahu, partai pendukung penista agama itu, ya PDIP yang kini menjagokan Jokowi.
Agenda politik di reuni 212 makin kental. Lihat saja gaya Selfi para peserta. Semua jarinya bergaya pistol. Itu maksudnya, angka 2, alias Prabowo Subianto, capres nomor urut 02.
Kasian lihat ummat Islam yang belajar Islam lewat video-video di YouTube. Mereka mudah baper, mudah diperalat agenda politik berbaju agama.
0 Comments